Saturday, January 9, 2010

Sistem Sosial Budaya Gayo Lues

D. SISTEM SOSIAL BUDAYA
Menurut Koentjaraningrat system sosial budaya itu ada 7 komponen, yaitu :

1. Bahasa,
2. Pengetahuan,
3. Organisasi sosial,
4. Teknologi,
5. Mata Pencaharian,
6. Religi,
7. Kesenian.
1. Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi, sosialisasi dan artikulasi.
Bahasa Gayo, awalnya adalah Bahasa Melayu tua. Bila diperhatikan Bahasa Gayo lama dan Bahasa Melayu tua untuk alat rumah tangga, alat dapur, alat bercocok tanam, dan lain-lain, kosa katanya hampir sama.
Contoh :
Gayo Melayu Tua
Parang parang
Keramil kerambil
Aih air
Pingen pinggan
Umah rumah
Mangan makan
Kaso kasau
Para para
Lede lada
Time timba
Kurik kurik
Lemu lembu
Pedang pedang
Senuk senduk
Minum minum
dan lain-lain.
Kalau dilihat kamus Bahasa Melayu Kuno, dan dibandingkan dengan Bahasa Gayo Lama, kata-katanya banyak yang hampir bersamaan. Perbedaan kecil hanya pada pengucapannya saja.
Semula Bahasa Gayo seluruhnya sama, hanya saja lama kelamaan semakin berbeda, mungkin dipengaruhi bahasa yang berdekatan dengan pemakaian bahasa lain. Bahasa Gayo ada 5 dialek sekarang ini yaitu :
1. Dialek Lut Aceh Tengah dan Bener Meriah.
2. Dialek Gayo Lues Kabupaten Gayo Lues.
3. Dialek Deret/cik Kecamatan Linge/Isak.
4. Dialek Serbajadi Aceh Timur.
5. Dialek Kalul Aceh Timur.
Dari ke lima dialek tersebut, dapat dibagi 2 (dua) secara garis besar yaitu Gayo Lues dan Gayo Lut. Gayo Lut dan Gayo Deret hampir sama, sedangkan Gayo Lues, Serbajadi dan Kalul juga hampir sama.
Perbedaan antara Gayo Lues dan Gayo Lut dapat dilihat dalam tata bahasa dan dalam kosa kata.
1. Dalam Tata Bahasa :
Tidak diketahui apa sebabnya, mengapa tata bahasa Gayo Lut sangat berdekatan dengan Bahasa Batak.
Huruf hidup pada akhir kata, ku dan mu untuk kata kepunyaan/milik di Gayo Lut, harus ditambah huruf ng sedangkan dialek Gayo Lues tetap sama dengan tata Bahasa Indonesia. Tata bahasa Gayo Lut sama dengan tata bahasa Bahasa Batak sedangkan tata bahasa Bahasa Gayo Lues sama dengan tata bahasa Bahasa Indonesia.
Contoh :
a. Milikku/mu
Kata Milikku/mu Artinya
Bahasa Lut Bahasa Gayo Lues
Ama
Ama
Ine
Ine
Buku
Buku
Mata
Mata
Kupi
Kupi Amangku
Amangmu
Inengku
Inengmu
Bukungku
Bukungmu
Matangku
Matangmu
Kupingku
Kupingmu Amaku
Amamu
Ineku
Inemu
Bukuku
Bukumu
Mataku
Matamu
Kupiku
Kupimu Bapakku
Bapakmu
Ibuku
Ibumu
Bukuku
Bukumu
Mataku
Matamu
Kopiku
Kopimu





b. Kepunyaan Kita
Kata Kepunyaan Kita Artinya
Bahasa Lut Bahasa Gayo Lues
Ama
Ine
Buku
Mata
Kupi
Ibi
Bado
Lidi
Sapu
Poa Amante
Inente
Bukunte
Matante
Kupinte
Ibinte
Badonte
Lidinde
Sapunte
Poante Amate
Inete
Bukute
Matate
Kupite
Ibite
Badote
Lidite
Sapute
Poate Bapak kita
Ibu kita
Buku kita
Mata kita
Kopi kita
Bibi kita
Bado kita
Lidi kita
Sapu kita
Garam kita
c. Huruf konsonan k pada akhir kata di Gayo Lut diucapkan seperti q, k nya harus kentara,
 Minyak diucapkan seperti minyakek/minyaq
 Porak diucapkan seperti porakek/poraq
 Tipak diucapkan seperti tipakek/tipaq
 Ledak diucapkan seperti ledakek/ledaq
 Dabak diucapkan seperti dabakek/badaq
 Pekak diucapkan seperti pekakek/pekaq
 Munuk diucapkan seperti munukek/munuq
 Rebek diucapkan seperti rebekek/rebeq
 Manuk diucapkan seperti manukek/manuq
 Kedek diucapkan seperti kedekek/kedeq
Sedangkan Bahasa Gayo Lues diucapkan sama dengan Bahasa Indonesia.
2. Dalam Kosa Kata
Kosa kata Artinya
Bahasa Gayo Lues Bahasa Lut
Poén
Non
Suel
Rulah
Tangon
Side
Cangkul/catok
Ujang
Kail
Taik Jantar
Roan
Seruel
Serde
Julen
Sekidah
Jelbang
Ngah
Kil
Tik Sayur
Dua kali
Celana
Perata tanah
Antar
Berapa
Cangkul
Pakcik
Suami bibi
Panjat
Kalau tata bahasa mau dikupas tentu sangat memakan waktu dan tempat, dan bukan itu tujuan kita. Yang perlu-perlu saja kita catat, misalnya :
a. Menghitung
Menghitung dalam Bahasa Gayo 1-9 hampir sama atau bersamaan dengan bahasa-bahasa daerah di nusantara ini.
Sebaliknya menghitung mulai 11 dan seterusnya, sama dengan Bahasa Indonesia, kecuali ucapannya agak berbeda.
Contoh : kelipatan sebagai berikut :
1 = sara 1 (satu) kali = seger
2 = roa 2 (dua) kali = non
3 = tulu 3 (tiga) kali = ntulun
4 = opat 4 (empat) kali = nopatan
5 = lime 5 (lima) kali = nlimen
6 = onom 6 (enam) kali = nonoman
7 = pitu 7 (tujuh) kali = npitun
8 = waluh 8 (delapan) kali = nwaluhen
9 = siwah 9 (sembilan) kali = nsiwahan
10 = sepuluh 10 (sepuluh) kali = nsepuluhen
11 dan seterusnya sama dengan Bahasa Indonesia.
b. Melihat Jam
Kalau anda ke Gayo Lues, ditanya orang pukul berapa sekarang, maka jangan dijawab dengan Bahasa Gayo. Entah apa sebabnya, melihat jam orang Gayo menggunakan Bahasa Indonesia, sungguhpun Bahasa Indonesia dialek Gayo.
 Pukul side besilo win ? pukul berapa sekarang dik ?
Jawaban yang benar Jawaban yang salah
Pukul tige pak,
Pukul lime pak,
Pukul satu pak,
Pukul due pak,
Pukul lapan pak,
Pukul empat pak,
dan seterusnya. Pukul tulu pak,
Pukul lima pak,
Pukul sara pak,
Pukul roa pak,
Pukul waluh pak,
Pukul opat pak.
Terlihat jawaban yang benar memakai Bahasa Indonesia ala Gayo. tige bukan tiga, lime bukan lima, due bukan dua. Orang Gayo biasa mengganti a dalam Bahasa Indonesia menjadi e, di akhir kata, terutama dalam hitung menghitung.
Contoh :
Bahasa Indonesia Bahasa Gayo
13
23
55
72
353 Tiga belas
Dua puluh tiga
Lima puluh lima
Tujuh puluh dua
Tiga ratus lima puluh tiga
dan seterusnya. Tige belas
Due puluh tige
Lime puluh lime
Tujuh puluh due
Tige ratus lime puluh tige
2. Pengetahuan
Sistem pengetahuan merupakan salah satu upaya manusia untuk mempertahankan dan mengembangkan budayanya. Melalui suatu pengetahuan yang dimilikinya manusia mampu beradaptasi dengan alam sekitarnya, mampu meningkatkan produktivitas kebutuhan hidupnya. Sebagai contoh orang Gayo disebut petani berpindah-pindah. Setelah menebang hutan dan mengolahnya, kemudian meninggalkannya dan membuka hutan lagi, begitu seterusnya. Karena – katanya - lahan yang baru dibuka lebih subur karena banyak humusnya/pupuknya.
Semula sistem berpindah-pindah memungkinkan sebab lahan sangat luas. Tetapi semakin lama hutan semakin sempit, dan pada puncaknya sekarang tidak ada lagi hutan yang dapat dijadikan kebun. Hutan habis, sistem menetap belum popular, apa jadinya. Hutan yang telah ditebang hanya ditanam tanaman muda, seperti tembakau, sayur mayur dan lain-lain, yang digunakan untuk keperluan dapur. Rakyat masih terpaku pada hasil sawah sebagai tumpuan hidup, yang menjanjikan. Atau dengan kata lain, sawah usaha utama, kebun usaha kedua, atau istilah rakyat sekedar untuk “ harga rokok ”. atas dasar ini pula rakyat kurang suka sistem menetap, lebih suka sistem tebang, tanam, tinggalkan, hasil cepat untuk keperluan dapur. Satu lagi hasil usaha rakyat di daerah ini adalah ternak besar dan kecil, seperti kerbau, lembu, kambing, ayam. Dan lain-lain. Kalau kebun sudah berhasil, lalu ditinggalkan, rumput tumbuh subur. Artinya hewan besar masuk. Kalau toh mau berkebun lagi, harus dipagar. Ini yang berat. Biaya besar, tenaga terkuras hasil agak lama baru dinikmati. Lama baru terasa bahwa menanam tanaman tua jauh lebih menguntungkan, setelah melihat pioneer-pioner yang patut ditiru. Dapat diambil kesimpulan – berdasarkan pengalaman – bahwa hasil kebun jauh lebih banyak daripada hasil sawah. Kebun dengan tanaman tua dapat berlanjut, kerbau yang merusak kebun bisa diatasi, - kalau meminjam istilah Pak Adam Malik – semua dapat diatur, demi kemaslahatan bersama.
3. Organisasi Sosial
Organisasi sosial yaitu cara-cara perilaku manusia yang terorganisasi secara sosial, karena adanya individu yang merasa terikat oleh aturan-aturan atau adat istiadat tertentu yang mengatur kehidupan kelompok.
Kesatuan sosial dalam masyarakat Gayo Lues adalah :
a. Kesatuan Genealogis/satu daerah
Ada 3 macam yaitu :
1. Keluarga Inti/mealear family
Terdiri atas, suami, isteri, dan anak-anak yang belum kawin.
= Rawan, laki-laki
= Benen, perempuan
= kawin
= anak kandung

2. Keluarga Luas (extended family)
Terdiri dari satu keluarga inti ditambah nenek, kakek, paman, bibi, dan keponakan.
3. Keluarga Keturunan (descent group)
Merupakan kelompok kekerabatan yang keanggotaannya diakui berasal dari keturunan satu nenek moyang.
b. kesatuan territorial atau kedaerahan, terbentuk akibat adanya rasa kedaerahan, misalnya RT, RW, kampung.
c. Kesatuan sosial yang bersifat genealogis dan territorial, terbentuk karena adanya pertalian daerah, misalnya, kuru dan belah, (marga di Alas, nagari di Minang dan huta di Batak, dan lain-lain).
d. Kesatuan sosial yang sekedar berdasarkan religius, misalnya jamaah (Islam) dan atau jemaat (Kristen).
e. Kesatuan sosial berdasarkan tingkat umur (ageclass), misalnya kekanak, seberu, sebujang, tue lelang, jema tue.
f. Kesatuan sosial berdasarkan persamaan jenis kelamin (sexclass), misalnya bines Sena Rebung, Bines Rempelis Mude, Saman Kampung Gumpang, dan lain-lain.
g. Kesatuan sosial berdasarkan paguyuban, yang kelompok kekeluargaan, misalnya Masjelis Taklim, dan lain-lain.
h. Kesatuan sosial berdasarkan perpertimbangan kesatuan tanpa pamrih, misalnya klub bola, PSGL, PSKJ, PSKL, POSPA, REKOT, dan lain-lain.
4. Teknologi, sudah dijelaskan dimuka.
5. Mata Pencaharian, sudah dijelaskan dimuka.
6. Religi, sekarang seluruh orang Gayo Lues, sudah 100% beragama Islam.
7. Kesenian, sudah dijelaskan dimuka.

Oleh: Drs. H. Salim Wahab

No comments: