Saturday, January 9, 2010

Pertempuran di benteng Rikit Gaib tanggal 21 April 1904

Pertempuran di benteng Rikit Gaib tanggal 21 April 1904

Benteng Rikit Gaib adalah gabungan dari dua kampung yang bertetangga yaitu kampung Cane Uken dan kampung Tungel. Cane Uken dan Tungel hanya dibatasi oleh suatu tanggul yang rendah dan ditanami dengan bambu berduri yang tidak begitu lebat. Sedangkan kedua kampung ini dibuat seperti sebuah benteng sama dengan benteng-benteng lain di Gayo Lues. Benteng Rikit Gaib terbilang benteng yang kuat di banding dengan benteng lainnya di Gayo Lues.
Penghuni benteng Rikit Gaib pada saat mejelang kedatangan Belanda adalah gabungan dari kampung yang ada di Rikit Gaib, seperti Rempelam, Ampa Kolak, Cane Toa, Kuning, Seneren, Kupur, Mangang, Krueng Ringkel dan Pinang Rugup. Perempuan dan anak-anak dari kampung yang disebutkan di atas (kecuali Cane Uken dan Rempelam) dikumpulkan di kampung Kuning.
Pemimpin pasukan pejuang adalah Reje Kemala Darna, Aman Linting dan lain-lain. Van Daalen telah memerintahkan kurir pergi ke Rikit Gaib untuk menjumpai Reje Kemala Darna yang kabarnya telah memihak Belanda. Kurir ini mencari Kemala Darna ke Rempelam tetapi tidak bertemu karena Kemala Darna telah pergi ke benteng Rikit Gaib, kurir pergi ke benteng Rikit Gaib untuk menjumpai Reje Kemala Darna dan Aman Linting. Kurir menawarkan damai, tetapi baik Reje Kemala Darna dan lain-lain tidak menerimanya.
Mereka telah bertekad lebih baik mati syahid dari pada menyerah. Kurir sangat kecewa, karena menurut kabar yang diterima Belanda, Reje Kemala Darna beserta pengikutnya di kampung Rempelam, Tungel, Pinang Rugup, Kute Dalu, Kendawi dan Rikit Dekat bersedia menyerah kepada Belanda.
Leporan tadi rupanya tidak benar sebab seluruh pejuang dan Reje Kemala Darna telah berkumpul di benteng Rikit Gaib. Sementara itu bivak Belanda di Kutelintang secara terus menerus diganggu dengan beberapa tembakan pada malam hari. Misalnya pada tanggal 10 April 1904, bivak diserang pada malam hari. Sayang serangan gagal dan terdapat beberapa korban jiwa yang di antaranya Panglima Gayo yang bernama KETEP KERING.
Untuk mendapatkan bahan yang lebih lengkap tentang Rikit Gaib, maka dikirimlah pasukan Christoffel dengan tenaga ahli peta. Dari jarak 150 meter dan tempat yang bernama Jaring Alus Belanda dapat membuat peta situasi benteng dengan baik. Peta ini berguna bagi pasukan Belanda untuk memudahkan penempatan pasukan dan penyerangan.
Selain itu Belanda mendapat angin baru dan kabar gembira. Pada tanggal 14 April 1904 bala bantuan 2 Brigade pasukan marsose 16 senjata lengkap yang dipimpin Kapten Stolk datang dari Kutaraja.
Pada tanggal 19 April 1904 datang pula bantuan dari Kuala Simpang dengan kekuatan 112 bayonet, 12 orang perwira Belanda, 3 mandor, 26 orang hukuman, 99 orang pemikul barang yang keseluruhannya berjumlah 247 orang. Pasukan ini dipimpin oleh Kapten Graaf. Kedatangan bantuan ini sangat menggembirakan Belanda dan menambah semangat juang mereka. Benteng Rikit Gaib adalah ujian pertama mereka di medan tempur Gayo Lues.
Setelah usaha kurir tidak berhasil maka Van Daalen sudah berbulat tekad untuk mengeluarkan ultimatum kepada penghuni benteng Rikit Gaib agar menyerah kepada Belanda dalam tempo 7 hari. Bila tidak, Belanda akan mengepung benteng tersebut. Selama 7 hari pula benteng diawasi dengan ketat, tempat-tempat strategis diduduki, penduduk tidak dibenarkan ke luar atau masuk ke dalam benteng.
Akhirnya pada tanggal 21 April 1904, Van Daalen mengeluarkan perintah untuk menyerang benteng Rikit Gaib. Dalam penyerangan ke benteng ini, Belanda mengerahkan seluruh kekuatan induk marsose ditambah dengan bala bantuan yang baru datang. Pasukan penggempur 3 Brigade di bawah pimpinan Kapten Scheepens dibantu oleh Letnan Aukes, 2 seksi dipimpin oleh Kapten De Graaf dibantu oleh Letnan Harbord dan Delgorde. Selanjutnya 2 Brigade di bawah pimpinan Letnan Ebbink ditugaskan menduduki bukit sebelah barat benteng Tungel. 1 Brigade dipimpin oleh Letnan Christoffel ditugaskan menduduki bukit sebelah utara Rempelam dan 2 Brigade yang dipimpin oleh Letnan Watrin dan 1 seksi dipimpin oleh Letnan Velsing bersama Van Daalen sendiri dan 1 seksi ditugaskan mengawasi lapangan.
Dari Kutelintang pasukan maju dengan urutan pertama pasukan Christoffel, kemudian pasukan Ebbink, pasukan Scheepens, pasukan De Graaf, pasukan Watrin, pasukan Velsing, ambulan, pasukan Kapten Stoik dan De Boer sebagai perwira staf. Pasukan bergerak di tepi kanan sungai Tripe, melewati Kendawi, Pinang Rugup, Penomon, Sentewan dan kemudian mendekati Kala Rikit. Dari sini pasukan bergerak sesuai dengan rencana semula, menduduki tempat yang sudah ditentukan.
Pasukan Belanda segera mendekati benteng. Pasukan pejuang menghujani pasukan Belanda dengan lemparan batu, ali-ali, letep, semburan api, semburan air cabe, tombak, senjata api locok dan lain-lain. Pasukan Belanda menghujani tepi benteng dengan peluru dan pada titik yang agak lemah, pasukan marsose maju dengan pedangnya. Pejuang mempertahankan tepi benteng dengan gagah berani. Tetapi senjata api musuh lebih banyak berusaha menguasai tanggul, darimana dengan mudah menembaki isi benteng. Begitupun dengan semangat yang tinggi para pejuang mempertahankan diri dengan gagah berani. Seperti di benteng-benteng sebelumnya, pasukan Belanda menembaki isi benteng tanpa pilih bulu, perempuan, anak-anak, orang-orang tua sama saja bagi mereka.
Namun akhirnya benteng Rikit Gaib jatuh juga ke tangan Belanda dengan pengorbanan yang banyak di kedua belah pihak. Hampir seluruh isi benteng gugur, terkecuali yang dapat meloloskan diri.
Menurut catatan Kempees korban di pihak Gayo Lues adalah gugur 184 orang, 143 laki-laki dan 41 perempuan dan anak-anak. Yang dapat meloloskan diri antara lain, Aman Linting dan Aman Jata. Dipihak Belanda 7 orang Belanda tewas di antaranya 2 perwira Belanda dan 42 orang luka ringan di antaranya termasuk 15 orang Belanda asli.
Setelah selesai pertempuran, Van Daalen memerintahkan anak buahnya untuk memeriksa dan mengenali para korban. Kemudian petugas tadi melaporkan bahwa korban yang terbanyak adalah dari kampung Cane Uken, Cane Toa, Ampa Kolak, Kupur, Mangang dan Kuning. Di antaranya adalah famili Reje Kemala, Reje Cik Kemala Darna dan seorang Reje Tua yang bernama Aman Prege.
Oleh:Drs.H.Salim Wahab

No comments: