Pertempuran di benteng Durin tanggal 22 Maret 1904
Keadaan benteng Durin
Benteng Durin dan perbentengan dalam komplek perkampungan Penampaan, Kutelintang hampir semua sama dengan benteng Gemuyang. Bedanya benteng Durin ini menyatu dengan benteng Kutelintang dan Penampaan, jadi lebih kuat dan luas.
Benteng Durin ini dibangun dari tanah campur batu yang dikelilingi pagar berlapis-lapis, ditanami dengan bambu berduri juga dipagar dengan bambu dan ranjau berduri. Di tempat-tempat yang strategis dibuat tempat pengintaian, tempat penyimpanan bahan-bahan dan sebagainya.
Keliling seluruh perbentengan dalam komplek ini kira-kira 2 Km. pintu gerbang terdapat 6 buah yang dibuat sempit sekali. Di bagian dalam benteng banyak terdapat tumbuh-tumbuhan, sebagian tempat bersembunyi. Di sana-sini terdapat dapur pembakaran untuk penyemprotan air cabe, lubang-lubang pelemparan batu dan lain-lain.
Hampir serupa dengan di benteng Gemuyang, juga di benteng ini ikut serta kaum laki-laki, wanita dan anak-anak, memanggul senjata dan juga memakai pakaian indah-indah dan perhiasan yang mahal-mahal. Hal ini dilakukan karena berperang berdasarkan keyakinan agama. Mereka menganggap perang melawan Belanda adalah perang suci, perang sabil dan untuk itu mereka siap mati syahid. Benteng-benteng ini dijaga kuat oleh pejuang di bawah pimpinan Aman Linting, Reje Bukit, Aman Bijah dari Kampung Kutelintang, sedangkan penyandang dana adalah Aman Jata dari Kampung Kutelintang.
Van Daalen mengira bahwa setelah jatuhnya benteng Gemuyang, maka daerah lain akan mudah ditaklukkan. Untuk itu dia mengirim surat ke seluruh kampung supaya menyerah. Tetapi surat tersebut tidak ada yang memperdulikannya bahkan ada pula pembawa surat yang dibunuh seperti di kampung Penosan.
Setelah ajakan Van Daalen agar seluruh kampung menyerah tidak ditanggapi rakyat, Van Daalen memutuskan untuk memerangi benteng-benteng Gayo Lues. Sasaran yang utama adalah Kampung Penampaan dan Kutelintang.
Tetapi Van Daalen memilih Kampung Durin yang terletak di antara kedua kampung tadi dengan maksud agar rakyat Kutelintang kecut, dan Kejurun Patiambang mau membantu Belanda. Lagi pula Van Daalen lebih memilih pusat pemerintahan kejurun daripada memerangi Penosan, Tampeng, dan lain-lain yang dilewati Belanda dari Gemuyang.
Dalam gerak maju Van Daalen memilih jalan melalui kaki bukit dan membuat bivak di Kong Bur (+ 5 Km dari Blangkejeren). Demikianlah setelah segala penyelidikan dan persiapan dianggap matang, maka pada tanggal 22 Maret 1904, Van Daalen mengeluarkan perintah untuk menyerang benteng Durin.
Pasukan Marsose menyerbu benteng Durin dengan kekuatan 8 Brigade, 3 Brigade di antaranya dipimpin oleh Kapten Scheepens dibantu oleh Letnan Aukes, 2 Brigade dipimpin oleh Letnan Winter sebagai cadangan, termasuk perwira kesehatan di bawah Neeb. 2 Brigade di bawah pimpinan Christoffel mengawasi lapangan sedang Van Daalen sendiri bertindak sebagai cadangan.
Van Daalen memerintahkan agar dapur pembakaran penyemprotan api, air cabe dihancurkan terlebih dahulu, kemudian baru membersihkan lubang-lubang pengintaian. Setelah pasukan marsose mendekati benteng, pejuang menhujani dengan tembakan penyemburan api, penyemprotan air cabe, ali-ali seperti terjadi di benteng Gemuyang. Pasukan Belanda benar-benar mengepung benteng dengan rapi, menunggu serangan dari dalam mereda. Setelah reda barulah Van Daalen memerintahkan agar menyerbu benteng.
Mulailah pasukan bergerak menaiki tanggul benteng, menembaki pejuang yang ada di dalam benteng dan kemudian dilanjutkan dengan perang di dalam benteng. Akhirnya benteng Durin jatuh juga ketangan Belanda.
Menurut catatan Kempees korban yang jatuh di pihak pejuang Gayo Lues adalah 164 orang tewas, diantaranya 15 orang perempuan dan anak-anak, di pihak Belanda 30 orang luka-luka dan diantaranya 2 orang Belanda.
Bivak Belanda di Kutelintang
Van Daalen akhirnya memutuskan untuk membuat bivak di Gayo Lues. Pilihan jatuh ke Kampung Kutelintang, mengingat tempat ini lebih strategis, kampung ini besar, banyak rumah, banyak persediaan makanan yang sangat diperlukan oleh Belanda.
Dari bivak inilah Van Daalen mengatur siasat dan rencana menyerang sasaran baru di seluruh Gayo Lues. Untuk memenuhi kebutuhan pasukan, maka Van Daalen memerintahkan marsose dan orang hukuman serta beberapa orang Gayo Lues untuk memasuki kampung-kampung mencari beras, padi, ternak dan lain-lain, selanjutnya membawa ke bivak. Hasilnya terkumpul padi sebanyak 11 ton, ternak yang tak terhitung banyaknya dan hasil bumi lainnya.
Untuk mempermudah operasi di Gayo Lues, Van Daalen berusaha membujuk reje-reje untuk menyerah atau bekerja sama dengan Belanda, dengan segala taktik dan janji-janji.
Tugas pertama yang dilakukan Van Daalen adalah untuk membujuk Reje 12 untuk menyerah dengan bermacam-macam janji dan kalau perlu intimidasi. Usaha Belanda ini tidak berhasil dengan baik karena tidak ada seorang rejepun yang datang melepor. Lebih-lebih Reje Bukit Aman Linting yang terang-terangan anti Belanda, tidak terpengaruh sama sekali kepada bujukan Belanda.
Pada tanggal 28 Maret 1904 Van Daalen mengumumkan untuk mengangkat Bidin sebagai Kejurun Patiambang menggantikan Aman Syafei. Bidin sendiri ketika itu masih berada di Pining bersama bapaknya Nyak Sara. Van Daalen memerintahkan seluruh reje agar segera menghadap dan tunduk kepada Kejurun Bidin, setibanya dia dari Pining serta mengakui kekuasaan Belanda.
Setelah Kejurun Bidin datang, ternyata tidak semua reje yang mematuhi perintah Van Daalen untuk menjumpai Kejurun Bidin dan juga perintah Belanda untuk menyerah dan mengakui kekuasaan Belanda sama sekali tidak dipenuhi.
Van Daalen tidak putus asa. Dicari cara lain yaitu mendekati ulama yang disegani di Gayo Lues untuk membujuk rakyat agar menyerah. Ada 2 ulama yang sangat berpengaruh dan disegani di Gayo Lues yaitu : H. Sulaiman dari Gele dan Leube Jogam dari Penosan. H. Sulaiman semula bersedia memenuhi keinginan Van Daalen namun kemudian ternyata tidak bersedia menjalankan tugas yang diberikan kepadanya, sedangkan Leube Jogam dari semula tidak mau melepor kepada Belanda. Jadi usaha Van Daalen yang inipun gagal lagi.
Untuk mengamankan bivak Kutelintang, Belanda membersihkan kampung-kampung sekitarnya seperti Bukit, Bacang dan lain-lain.
Pasukan Belanda terkepung di Pining
Pasukan Belanda dari Kuala Simpang ke Gayo Lues melalui Pining, ternyata diserang oleh rakyat Pining di Berawang Tingkem (dekat Pining). Pasukan Belanda terkepung tidak dapat maju ataupun mundur, benar-benar terjepit. Mereka terpaksa meminta bantuan ke Kutelintang. Bantuan segera dikirim dari Kutelintang di bawah pimpinan Letnan Watrin dengan kekuatan 4 Brigade.
Letnan Watrin dapat membebaskan pasukan Kuala Simpang dan dengan segera pula maju menuju Gayo Lues. Pasukan Kuala Simpang ini membawa 10.000 peluru, senjata dan perlengkapan perang lainnya.
Oleh: Drs. H.Salim Wahab
No comments:
Post a Comment