Saturday, January 9, 2010

Pertempuran di benteng Gemuyang tanggal 18, 19 dan 20 Maret 1904 Keadaan benteng Gemuyang

Pertempuran di benteng Gemuyang tanggal 18, 19 dan 20 Maret 1904
Keadaan benteng Gemuyang


Benteng Gemuyang terletak di tepi gunung di kecamatan Kutapanjang sekarang dekat kampung Peparik. Benteng ini panjangnya 54 m, dan lebarnya 42 m, tingginya 2 m dan tebal dindingnya 1,5 m dan kakinya 0,9 m puncaknya di bagian atas atau di puncaknya ditanam bambu dengan ketinggian 1 m dan di dinding benteng dibuat lubang-lubang tempat menembak 1 atau 1,5 dan tingginya dengan benteng dan lebarnya 1,5 m yang kemudian diikat pula dengan bermacam-macam batang bambu, rotan dan di bagian dalam juga dibuat pagar bambu dan lain-lain.
Benteng Gemuyang diperlengkapi dengan senjata-senjata kuno seperti penyemprot air cabe, alat penyembur api dan alat pelempar batu.
Menurut catatan Kempees, rakyat Gayo Lues yang menghuni benteng seluruhnya memegang senjata baik laki-laki maupun perempuan dan anak-anak, di samping itu mereka juga memakai pakaian yang indah-indah, kaum laki-laki ada yang memakai jas haji, sorban, kopiah haji, kaum perempuan memakai pakaian baru, sedangkan pemuda memakai perhiasan perak yang bergantungan di lehernya. Lagaknya mereka hendak pesta, bukan mau berperang. Keadaan seperti ini bukan saja di benteng Gemuyang, tetapi di seluruh benteng Gayo Lues. Rupanya menurut pimpinan agama Islam hal ini dilakukan sebagai jalan menuju surga, menghadap Yang Maha Kuasa. Mereka rela mati melawan Belanda yang beragama Kristen. Pemimpin pejuang di dalam benteng adalah Aman Sengit, Pang Mahmud, Pang Sekunce, Aman Jerango dan Pang Mude.
Pada waktu serangan akan dimulai Van Daalen memerintahkan 3 Brigade Marsose dibawah pimpinan Kapten Scheepens dibantu oleh Letnan Ebbink, 2 Brigade dibawah Komando Letnan Watrin dan yang lain dibawah pimpinan Van Daalen sendiri sebagai cadangan bergerak menuju benteng.
Penyerangan Belanda
Ketika pasukan pengempur marsose yang ditugaskan menyerang benteng sudah berada dalam posisi kira-kira 10 m dari dinding benteng, tiba-tiba meledaklah semburan api dari dalam benteng, ditambah lemparan batu, kayu-kayu runcing, semprotan air cabe yang terus-menerus.
Secara hati-hati pasukan Belanda mendekati benteng dari segala jurusan (penjuru). Mereka memanjat dinding dengan perlindungan tembakan senjata api secara terus-menerus. Di satu pihak Belanda menembaki rakyat dari tanggul sementara penghuni benteng dengan gagah perkasa mempertahankan diri, menyerbu pasukan Belanda yang memasuki benteng dengan tidak sedikitpun merasa takut.
Belanda berhasil membunuh pejuang yang ada di dalam benteng dan ada pula sebagian pejuang yang berhasil meloloskan diri. Menurut catatan Kempees jumlah korban kedua belah pihak adalah sebagai berikut :
Di pihak Gayo Lues adalah 308 orang yang tewas di antaranya 168 laki-laki, 92 perempuan dan 48 anak-anak, pihak Belanda 2 orang mati dan 15 orang luka-luka. Dari angka korban di atas, jelas selain yang dapat meloloskan diri seluruh laki-laki yang bertahan dan bertempur di dalam perang, gugur seluruhnya, kecuali 1 orang laki-laki. Menurut Kempees, seluruh korban yang luka-luka dibiarkan saja sampai seluruhnya mati
Oleh: Drs. H. Salim Wahab

No comments: