Saturday, January 9, 2010

Langkah -langkah dalam Pelaksanaan Perkawinan Adat Gayo Lues

G. LANGKAH-LANGKAH DALAM PELAKSANAAN PERKAWINAN

1. Kusik
Dahulu di daerah Gayo Lues, cita-cita orang tua cepat mengawinkan anak lajangnya, setelah lima kali musim tanam padi, sejak yang bersangkutan dikhitankan; atau lima tahun setelah yang bersangkutan disunatrasulkan. Pada waktu setahun sebelumnya, pada umumnya secara spontan baik si ibu atau si bapak, bahkan famili si pemuda sudah melihat-lihat ke kiri ke kanan, siapa kira-kira gadis yang cocok untuk dijadikan pemen. Yang lebih aktif biasanya si ibu, dan bila bakal calon telah terlihat, maka si ibu biasanya menyampaikan keinginannya ini kepada si bapak.
“ Bang, bagaimana kalau si Aminah, anak Aman Polan dari kampung Hilir kita pilih sebagai bakal calon pemen kita untuk anak kita ini ? ”
“ Ah, jangan, dia itu agak pendek, anak kita juga agak pendek, nanti cucu kita lebih pendek lagi, tidak bisa main bolakaki, dan lain-lain ”.
“ Tapi kalau si Murni, anak Aman Ali, kampung Hulu, saya setuju, bagaimana kira-kira ? ”.
“ Itu cocok, orangnya tidak sombong, tinggi, dan rajin pula. Ini sajalah bang ”
Pilihan kedua orang tua pemuda ini, tanpa diketahui oleh orang ketiga, disebut kusik.
2. Sisu
Kedua orang tua si pemuda ini bersetuju menyampaikan rencana ini kepada bibi dan nenek si pemuda, yang pertama dengan maksud mendapat masukan dari mereka. Masukan ini dianggap penting sebab bibi dan nenek ini dianggap mengetahui lebih jauh tentang keadaan familinya, dan atau dapat bertanya ke kiri ke kanan. Bila rencana orang tua ini tadi disetujui bibi dan neneknya, maka tugas bibi atau nenek menyampaikan kepada si pemuda. Diusahakan agar rencana ini disetujui si pemuda. Namun demikian, kalau si pemuda menolak, dengan alasan telah punya calon, maka calon inilah yang akan dibawa kepada orang tua, bibi, dan neneknya. Rencana ini hanya diketahui oleh orang tua, bibi, nenek, dan si pemuda itu, disebut sisu.
3. Pakok
Bila pemuda telah siap untuk dikawinkan dengan seorang gadis, lalu hal ini diumumkan kepada famili dekat untuk dimintai pendapatnya. Dalam langkah ini perkawinan bisa berlangsung, bisa juga gagal, kalau famili mengetahui kekurangan si gadis, tapi pada umumnya perkawinan berlanjut, mengingat si pemuda setuju, si gadis berkehendak, dan orang tua tidak menolak. Rencana ini sudah diketahui oleh famili dekat. Ini disebut pakok.
4. Peden
Bagaimana kalau si gadis misalnya kurang berkenan, atau sudah punya calon? Rencana tentu gagal, karena itu bibi bertugas untuk menyelidikinya. Maka dipilihlah waktu dan kesempatan untuk menjumpai orang tua si gadis, atau minimal famili dekat si gadis. Bila si gadis belum berpunya, bibi atau nenek meningkatkan penyelidikan ke arah kemauan si gadis untuk dijodohkan dengan si pemuda tadi. Kalau di pihak si gadis tidak keberatan maka bereslah segalanya. Langkah sampai dengan persetujuan si gadis dan orang tuanya disebut peden.
5. Risik
Karena si gadis belum berpunya, dan familinya setuju, maka pihak pemuda mengemukakan niatnya untuk datang ke tempat si gadis pada waktu yang telah disepakati bersama. Pada waktunya pihak si pemuda, yaitu bibi, nenek, dan kail beserta beberapa orang dekat datang ke rumah si gadis untuk melamar. Kedatangan pertama ini biasanya belum diputuskan apakah diterima atau ditolak, karena pihak si gadispun akan merembukkannya dulu dengan familinya, dan harap datang sekali lagi pada waktu yang disepakati. Ini disebut risik.
6. Bisik
Setelah pihak si gadis bermufakat, dan hasilnya akan disampaikan kepada pihak pemuda, maka utusan si gadis memberitahukan kepada pihak pemuda agar datang pada hari …………….. Kemudian setelah datang kedua kalinya barulah diberitahukan apakah lamaran diterima atau ditolak. Kalau diterima, maka pada saat itulah ditentukan besarnya mahar oleh pihak gadis, dan diterima atau ditawar oleh pihak pemuda. Misalkan disetujui mahar si gadis sekian, kemudian mahar ini dirundingkan lagi oleh pihak famili laki-laki, apakah dapat dipenuhi oleh pihak orang tua si pemuda atau perlu bantuan dari famili. Langkah ini disebut bisik.
7. Kono
Setelah mahar tadi dipenuhi, maka pihak pemuda mengirim utusan ke kampung pihak si gadis untuk mengantar sedikit uang/barang sebagai tanda jadi, yang disebut dengan penorotni peri/persekot. Langkah ini disebut kono.
8. Kinte
Kinte yaitu waktu atau masa pelamaran secara resmi, dan pada waktu inilah si opat, dan masyarakat luas satu kampung/belah diikutsertakan. Pelaksanaan nginte ini adalah pada pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB. Rombongan dari belah/kampung si pemuda dipimpin oleh kepala kampung/kepala dusun, beserta pemegang adat, orang-orang tua, pemuda /pemudi, serta seorang guru melengkan, yaitu juru bicara adat, bersama-sama berangkat menuju belah/kampung si pemudi calon inen mayak. Di kampung/belah si pemudi juga telah menunggu famili dan pemegang adat, serta guru melengkan pihak pemudi. Buah tangan yang dibawa pihak pemuda adalah kero tum/nasi bungkus dua sumpit, beserta panganan lainnya.
Jadi yang dibicarakan dalam nginte ini adalah :
a. Pembacaan besarnya biaya perkawinan yang ditanggung oleh pihak calon aman mayak;
b. Penyerahan caram;
c. Pemilihan telangke;
d. Pembuatan tongkoh.
a. Pembacaan besarnya biaya perkawinan
Pembacaan besarnya biaya perkawinan dibacakan oleh kepala kampung pihak pemudi di hadapan peserta kedua belah pihak. Di daerah ini biaya perkawinan dipilah-pilah sebagai berikut :
 Belenye/biaya kenduri dari pihak pemuda …………. ribu/juta rupiah (tidak tentu) bergantung kesepakatan,
 Selingkuh/pakaian lengkap untuk pengantin wanita,
 Beras dan lauk pauk, secukupnya/bergantung kesepakatan,
 Uang edet, uang yang diserahkan kepada pemegang adat kedua belah pihak, setengah dari pihak pemuda, setengah dari pemudi,
 Mahar/terserah kesepakatan,
 Uang NTR, dibagi dua, artinya setengah dari pihak pemuda, setengah dari pihak pemudi,
 Upah telangke, dibagi dua,
 dan lain-lain yang tidak mengikat.



b. Penyerahan caram
Penyerahan caram, penyerahan benda adat oleh guru melengkan pihak pemuda, kepada guru melengkan pihak pemudi.
Caram ini terdiri dari :
1. Cawan berisi air, dan sedikit beras,
2. Uang logam tempo dulu, kalau tak ada boleh yang sekarang/biasanya tukaran Rp. 100,-,
3. Kunyit yang diiris-iris/7 irisan,
4. Sedikit dedaunan tawar sedingin.
Seluruh benda ini dimasukkan kedalam cawan tadi. Arti pelambang ini adalah :
Cawan berisi air dan beras, dimaksudkan agar calon aman mayak, jangan lagi melihat gadis lain selain calonnya sendiri ini,
Kunyit sebagai obat, kalau-kalau sepeninggal rombongan, calon inen mayak sakit, dan uang sebagai ongkos dukun,
Dedaunan untuk penawar sedingin, cepat sembuh, dan hati tetap sejuk.
c. Pemilihan telangke
Pemilihan telangke, biasanya dilakukan oleh pihak pemudi, dan pemilihan ini disampaikan hasilnya kepada pihak pemuda, dan biasanya disetujui saja. Tugas telangke ini adalah sebagai penghubung antara kedua belah pihak. Bila satu pihak ingin menyampaikan sesuatu kepada pihak lainnya tidak boleh langsung, tetapi harus melalui telangke.

d. Pembuatan tongkoh
Pembuatan tongkoh dimaksudkan penentuan hari H peresmian perkawinan. Dahulu di kampung belum ada kalender. Tongkoh ini dibuat dari tali bengkuang/pandan. Tali tadi dibuat simpulan, misalnya empat simpulan, berarti peresmian perkawinan empat hari lagi dihitung dari nginte. Contoh di tali ada lima simpulan, sedangkan nginte pada hari senin, itu berarti lima hari lagi peresmian perkawinan, yaitu pada hari Jumat. Dengan adanya tongkoh ini tidak dibenarkan bertanya “ kapan peresmian perkawinan anak kita ?” Tongkoh dibuat dua, satu dikirim ke pihak pemuda, dan satu lagi tinggal di pihak pemudi. Bila tongkoh yang dikirim pihak pemudi tadi kurang disetujui pihak pemuda dengan berbagai alasan, misalnya pada hari Jumat terlalu singkat waktu, maka pihak pemuda boleh mengundurkan satu atau dua hari, dengan menambah simpulan pada tongkoh, dan mengirimkannya lagi ke kampung pemudi, melalui telangke. Jadi peresmian jangan hari Jumat, tapi pada hari Sabtu, misalnya.
Bila tongkoh telah disetujui maka langkah selanjutnya adalah sebagai berikut :
a. Mufakat sara umah,
b. Mugenap sara belah,
c. Muperpakat sara kampung.
a. Mufakat sara umah
Mufakat sara umah, maksudnya mengumpulkan famili yang dekat, yang akan menjadi pangkalan, yang bertanggung jawab, baik di bidang keuangan, maupun bidang keamanan, dan bidang persiapan, dan lain-lain. Juga dirundingkan besar kecilnya perayaan, cukup tidaknya biaya yang dikeluarkan, dan lain-lain.
b. Mugenap sara belah
Mugenap sara belah, maksudnya membicarakan peresmian, tugas yang harus dikerjakan oleh masing-masing badan pekerja/semacam panitia, serta permintaan dari orang tua pemuda bahwa biaya perlu dibantu. Kalau demikian keadaannya maka semua hadirin/anggota keluarga satu belah akan memberi bantuan uang, yang sifatnya tidak mengikat, bukan hutang piutang. Bantuan seperti ini dalam bahasa Gayo disebut penulungen (pertolongan). Penulungen ini biasanya hanya diberikan kepada pihak orang tua pemuda.
c. Muperpakat sara kampung
Muperpakat sara kampung, maksudnya pemberitahuan kepada kepala kampung, imem, orang-orang tua kampung tentang waktu pelaksanaan perkawinan, dan lain-lain. Boleh dikatakan sebagai undangan resmi.
Menghadapi hari H, pangkalan/sukut sibuk dengan tugasnya masing-masing. Kaum bapak membuat tempat kesenian/rerampe, dan lain sebagainya, sedangkan kaum ibu menentukan beberapa orang sebagai pengundang/mango ke berbagai penjuru. Yang diundang adalah :
1. Ralik,
2. Juelen,
3. Sebet,
4. Guru.
1. Ralik
Ralik dimaksudkan kelompok kakek, nenek, paman calon aman mayak, artinya orang tua (dari) ibu calon aman mayak, abang dan atau adik laki-laki dari calon aman mayak, beserta keluarganya.
2. Juelen
Juelen dimaksudkan bibi beserta kail beserta famili dekatnya.
3. Sebet
Sebet dimaksudkan seluruh kenalan, baik kenalan semasa sekolah, di klub-klub, di sanggar-sanggar, dan juga kenalan orang tua si calon aman mayak, dan lain-lain.
4. Guru
Guru dimaksudkan sebagai guru ngaji, guru/bidan yang membantu kelahiran dahulu, dukun yang pernah mengobati si calon, dan orang tua, dan lain-lain.
9. Berguru
Berguru dimaksudkan calon penganten diserahkan kepada tengku imem untuk diajarkan segala persoalan berumah tangga, bermasyarakat, dan lain-lain. Pada dasarnya yang paling pokok diajarkan adalah sopan santun bermertua, bersuami/bagi pemudi dan beristeri bagi pemuda. Bagaimana berbicara dengan mertua, lakun, kakek, nenek, dan lain-lain. Misal yang lainnya adalah makan di rumah mertua tidak boleh tambah, minum tidak boleh dengan tangan kiri, tidak boleh memandang wajah mertua, tidak boleh membelakangi mertua, tidak boleh membantah ketentuan yang digariskan mertua dan lain-lain.


Tata cara pelaksanaan berguru :
Dimulai dengan kenduri yang dihadiri oleh seluruh anggota pemangku adat, kapala kampung, imem, bilal, saudere, urang tue, pegawe, pengulunte. Pada pagi hari sekitar pukul 08.00 pagi, di rumah calon penganten. Setelah acara kenduri selesai, maka calon penganten didudukkan di atas ampang, di muka kepala kampung. Calon penganten ini lalu ditepung tawari oleh kaum ibu, beberapa orang, neneknya, bibinya, dan lain-lain. Setelah selesai tepung tawar, biasanya sekali lagi calon ini dinasehati oleh cerdik pandai yang telah biasa bertugas untuk itu. kadang-kadang, kata nasehat ini tidak ada karena nasehat yang diberikan imem sebelumnya dianggap sudah memadai.
10. Nyerah
Nyerah dimaksudkan pemberitahuan kepada kepala kampung, bahwa persiapan perkawinan telah rampung.
Atribut penyerahan ini adalah sebagai berikut :
1. Beras satu bambu,
2. Uyem/serpihan kayu bakar,
3. Bumbu,
4. Gula + kopi,
5. Pakaian adat.

1. Beras satu bambu
Beras sebagai lambang, bahwa dalam peresmian nanti ada kenduri, untuk semua undangan,


2. Uyem/serpihan kayu bakar
Uyem melambangkan bahwa nasi dan air akan dimasak dengan sebaik-baiknya,
3. Bumbu
Bumbu melambangkan bahwa lauk akan dimasak dengan seenak-enaknya,
4. Gula + kopi
Gula dan kopi melambangkan minuman kopi, teh, dan lain-lain sebagainya dijamin memuaskan undangan semua pihak,
5. Pakaian adat
Pakaian adat melambangkan bahwa pesta ini dimeriahkan dengan kesenian daerah.
Atribut tadi diartikan pula bahwa kepala kampung, beserta pemangku adat telah merestui perkawinan ini.
11. Bejege
Bejege maksudnya malam berjaga semalam suntuk, diiringi dengan kesenian saman, didong, dan bines. Semula pada zaman dahulu bejege ini dimaksudkan untuk menjaga agar calon penganten jangan dilarikan/melarikan orang lain. Memang sering kejadian, calon penganten dilarikan dan atau melarikan orang lain untuk pasangan hidupnya. Kemudian, akhirnya bejege ini juga dimaksudkan sebagai penghormatan kepada jema opat, dan biak opat. Kesenian pada malam itu sudah diatur secara baku; yaitu mula-mula saman setiap kampung, kemudian didong, dan terakhir dekat terang, baru bines. Kesenian baru berhenti bila azan subuh berkumandang. Biasanya disela-sela didong, diadakan semah ine, yaitu pemberian nasehat kepada calon penganten oleh beberapa kaum ibu, berupa/dengan pongot/tangisan sambil bersebuku.
12. Naik Rempele (Mah Bai)
Naik rempele (mah bai) maksudnya mengantar pengantin laki-laki ke rumah pengantin perempuan untuk dinikahkan. Naik Rempele ini juga sering disebut mah bai. Calon aman mayak ini diantar oleh seluruh lapisan masyarakat kampung/belah. Dia diapit oleh dua orang pemudi, sampai ke tangga rumah calon inen mayak. Di tanggal ini calon aman mayak disuguhkan minuman santan dan ditawari oleh kaum ibu dari kampung/belah calon inen mayak. Ketika masuk ke rumah, dia diapit oleh dua orang pemuda, pengganti pemudi tadi. Setelah segalanya rampung, maka calon aman mayak ini dinikahkan oleh orang tua calon inen mayak. Setelah dinikahkan maka resmilah sebutan inen mayak bagi si gadis, dan aman mayak bagi si pemuda.
Selesai akad nikah, aman mayak dibawa ke kamar inen mayak untuk dipertemukan. Sebelum keduanya berpandang-pandangan salam pertama adalah inen mayak menyembah ujung jari kaki aman mayak sebagai perlambang si isteri akan patuh kepada suami. Setelah sembah tadi yang dinamakan semah pincung, maka aman mayak dan inen mayak ke luar kamar dan disandingkan, kemudian salah seorang orang tua memberi nasehat, yang dalam bahasa Gayo disebut nosah ejer marah. Selesai acara ini, para bapak meninggalkan ruangan. Yang tinggal di sini adalah seberu, sebujang, dan sedikit kaum ibu. Kedua aman dan inen mayak ini diplonco oleh seberu sebujang. Kedua penganten diadu kepalanya, didekat badannya, dan perlakuan-perlakuan yang lain. Perlakuan seperti tersebut tidak begitu lama waktunya hanya sekitar dua atau tiga jam saja. Dalam bahasa Gayo perpeloncoan ini disebut nyentur. Selesai nyentur, aman mayak diantar pulang ke kampungnya.
Malam pertama, pertemuan antara aman mayak dan inen mayak, penuh liku-liku dan melelahkan. Sekitar pukul 22.00 WIB aman mayak diantar oleh tiga atau emapt temannya, dari rumahnya menuju rumah inen mayak. Sesampai di tujuan, aman mayak dan temannya disuguhi minum kopi. Sebentar kemudian pengantar pulang, dan aman mayak dikasih makan. Selesai makan aman mayak dibawa seberu menuju kamar inen mayak. Di sana si inen mayak tidak boleh langsung berjumpa dengan inen mayak, tapi harus bercerita dulu dengan si seberu. Dialog di antara si seberu dan aman mayak adalah sebagai berikut :
Si seberu (SB) : “ Selamat datang, abang mayak, apa kabar. Abang tolonglah kami, kami belum ada pacar ”.
Aman Mayak (AM) : “ Bisa, bisa, mau yang bagaimana, yang ganteng, kaya, putih, atau bagaimana ”.
SB : “ terserah abang, pokoknya seperti abang saja, sudah cukup ”.
AM : “ abang kan tidak ganteng, abang kurus dan tidak menarik, tapi direbut orang juga, kan gitu ”.
SB : “ apa tidak menarik, lagi pula abang kan banyak uang (sambil berkata begitu, sebagian seberu ada yang menarik dompet, merogoh kantong, mengambil rokok, dan lain-lain) abang juga tidak pelit, kan ”.
AM : “aduh uang abang Cuma itu, jangan diambil semua ya”.
SB : “ tenang aja bang, itu saja kok abang terus susah ”.
Kutipan di atas hanya sebagian kecil saja dari dialog mereka, sedangkan acara dialog ini yang dalam bahasa Gayo disebut nyene, berlangsung sampai dua jam. Bila acara nyene selesai, seberu meninggalkan kamar, dan meninggalkan aman mayak dan inen mayak berdua-duaan. Malam nyene hanya berlangsung selama tiga malam.
13. Mahberu
Mahberu dimaksudkan mengantar inen mayak ke rumah aman mayak, untuk selama-lamanya. Kepada inen mayak diberikan perkakas rumah tangga, seperti tilam, periuk, tikar, dan alat dapur serta alat rumah tangga lainnya. Pemberian ini dalam bahasa Gayo disebut tempah.

13 (TIGA BELAS) LANGKAH DALAM PELAKSANAAN PERKAWINAN ORANG GAYO LUES

13. Mahberu
12. Mahbai
11. Bejege
10. Nyerah
9. Beguru
8. Kinte
7. Kono
6. Bisik
5. Risik
4. Peden
3. Pakok
2. Sisu
1. Kusik

Oleh: Drs. H. Salim Wahab

No comments: