CERITE GERE MUPAT ARAH
OLEH : AMAN LEME
Di suatu perkampungan Kabupaten Gayo Lues, tinggal sepasang kakek dan nenek mendiami gubuk yang berukuran lebih kurang delapan meter persegi, yang mana gubuknya ini beratap daun ilalang dan bertanggakan kayu-kayu hutan, keadaan keluarga kakek ini siapapun melihatnya pasti merasa iba namun demikian si kakek dan nenek ini masih memakai prinsip “ Bersyukur apa adanya” sehingga mereka tetap merasa kaya, kebetulan kakek ini pernah membaca salah satu buku tassawuf yang berjudul ” Bersyukurlah maka anda akan kaya”.
Oh.. ya ! hampir lupa, rupanya kakek dan nenek ini mempunyai seorang cucu yang berjenis kelamin laki-laki, berperawakan tinggi semampai, berkumis tipis, kulitnya sawo matang, rambutnya ikal mayang. Kebetulan si cucunya ini telah menyelesaikan pendidikannya tiga tahun yang lalu dari salah satu perguruan tinggi yang ternama di Pulau Jawa.
Dua tahun belakangan ini si cucu pun pulang ke kampung halamannya, beserta temannya yang tidak begitu mahir berbahasa Gayo, sampai di kediaman kakeknya diperhitungkan jam empat sore pada suasana bulan puasa, begitu bertemu dengan kakeknya, mereka lalu berangkulan melepas rindu, tanpa sengaja si cucu dan temannya yang tidak bisa berbahasa Gayo tadi menendang kopiah kakeknya yang berisi kopi, yang kebetulan diletakkan sang kakek di hadapannya, lalu teman cucunya tadi bertanya kepada kakek : Kenapa kakek tidak puasa kakek kan sudah tua ? lalu kakek menjawab dalam bahasa Indonesia yang tidak mempunyai arti dan makna : Saya tidak puasa karena saya lupa makan kokok ayam, lagi pula bambu kali hatiku melihat lebar yang dimasak nenekmu itu. ( Kati gere pasa aku gere ku inget man tuk kurik, nanpeh uluh beh ateku nengon kolak sijerang enenmu ho), lalu sicucu menjelaskan maksud dan arti pembicaraan kakeknya kepada temannya, barulah temannya mengerti maksud si kakeknya. Setelah itu kakeknya tidak mau tinggal diam masih bertanya kepada teman cucunya dalam bahasa Indonesia : Anak ini ngapain datang ke Gayo Lues ini bersama cucu saya ? teman cucunya menjawab : Saya mau membangun di Gayo Lues ini, kek. Kakeknya bertanya kepada cucunya dalam bahasa Gayo : Win, membangun hana ken basa gayo e, cucunya menjawab : Male nuwet i Gayo Lues ni, oya awan. Yoh membangun nuwet ta basa gayo e ke, win.
Teman cucunya tadi pun tidak mau tinggal diam, lalu diapun bertanya kepada si nenek : Saya lihat nenek ini agak capek dan kurang gairah, ada apa dengan nenek ? terus nenek pun menjawab dalam Bahasa Indonesia yang tidak jelas maknanya : Capek aku win baru pulang mengantar beras dari rumah satu, terus ada kailmu pun memanjatkan rumah, kalau tidak datang saya kan tidak enak, lagi pula kail mu itu orang terpandang disini nanti ke sungai rusa kita. ( Ben ulak nangon oros aku ari umah sara win, kailmu peh naikni umah, gere geh aku ke nyanya pora, oya ke mera kaih akangte, kerna kailmue hop senden isien).
Selanjutnya si kakek bertanya kepada cucunya : Tan ku engon pongmu ini win jeroh jema e atau kadang jejerohe dirie den purok-purok jeroh. Cucunya menjawab : Oya ke pelitik mehne awan, kakeknya pun bertanya lagi : Sarami potongne peh jeroh kengon win, cucunya menjawab lagi : Oya peh pelitik miyen awan. Sang nenek pun tidak mau tinggal diam bertanya kepada cucunya : Kengon win hana cerakni awan mue mehne jewebko pelitik, hana ken pelitik win ? Cucunya menjawab : Pelitik adalah Ilmu yang mempelajari tentang tipu muslihat dan napek ari kiding sawah ku ulu, oya istilahe = napitupulu=, ike jema pura-pura baik oya istilahe =purba= kadang, nge ke pues kam awan urum enen oyale arti ni pelitik, kadang oya peh, kadang ume kerna gere penah kupelejeri selama ini, kebese oya ke pembaca.
Cerita demi cerita pertanyaan demi pertanyaan secara spontanitas kakek bertanya kepada cucunya : Win ihi ken kanturmu besilo ? Cucu menjawab : Aku honor i Kantur Pemberdayaan Laki-laki awan, kakek bertanya lagi : O… beseke keta win, ike honor ko hana nyanyi mu… lalu cucu bernyanyi : Maju tak gentar membela yang benar dst… ike nge angkat aku nyanyiku : Padamu negeri aku mengabdi, pada mu negeri aku berbakti dst… ike nge atas golongan ku pora nyanyiku : Di sini senang di sana senang di mana-mana hatiku senang, ike nge jadi hopsenden aku nyanyiku : Kemesraan ini janganlah cepat berlalu 2x dst… sambil mendengar nyanyian cucunya, kakek ini tanpa sadar minum kopi lalu menghisap dalam-dalam rokok sam liok kioe nya, padahal suasana pada saat itu dalam bulan puasa.
Orok ini padih mulo cerite sigere mu kesimpulen ini, kadang ara cerak silepas gelah aih deras i buh penanutē. Ike ara peri sitelanjur tanoh gemur buh penyebuē, oyapeh ike ara maaf urum tabime, ike gere peh kune male kene aku. Kuserahan bewenē ku si ber Kuasa.
No comments:
Post a Comment